teradesa.com. Beberapa hari lalu, saat ngopi, ada teman bercerita bahwa dia tertolak menjadi konsulat di Turki. Alasan utama adalah terutama pada sekitar tahun 1997-an dia pernah menerima tawaran beasiswa dari Yayasan Gulen. Baiklah, saya hanya ingin membuat contoh saja bahwa di era digital branding diri itu penting.
Ah, apa itu personal branding? Personal brand adalah merk diri. Ya, di era digital tidak hanya lembaga atau perusahaan yang harus memiliki merk. Seseorang juga perlu memilikinya. Apa gunanya? Utama adalah untuk menunjukkan jati diri Anda kepada khalayak. Karena setiap orang di era digital akan terbaca, terlihat track record-nya melalui media sosial yang dimilikinya.
Media sosial penting, tidak saja untuk menunjukkan eksistensi diri, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai instrumen personal branding. Membranding diri, jangan hanya mengunggah foto selfi, tetapi penting mengunggah kemampuan diri, ketrampilan diri, dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya yang bermanfaat bagi orang banyak.
Nah, dari kegiatan-kegiatan positif itulah stakeholders melihat keseluruhan pontensi diri Anda, dan jika sesuai harapannya, pasti mereka dengan mudah mau bekerjasama. Bagaimana memulai pekerjaan personal branding?
Pertama, personal explore. Setiap diri oleh Tuhan diberi potensi diri yang sama, baik potensi jasmaniah maupun ruhaniah. Lingkungan, pergaulan, pembiasaan diri, dan konsep diri-lah yang menyebabkan perbedaan perkembangan potensi diri. Maka, pilihlah lingkungan, pergaulan dan pembiasaan yang positif.
Kedua, choose your potential. Dari banyak potensi diri yang dimiliki, tentukan menurut Anda yang paling mungkin dikembangkan. Jangan terjebak pada potensi negatif. Abaikan saja lama-lama hilang sendiri. Fokuslah pada potensi yang akan dikembangkan. Anda harus memilih sejak awal, jangan terlambat. Lakukan mulai sekarang.
Ketiga, Get used to. Nah sekarang biasakan melakukan sesuatu yang memungkinkan potensi diri berkembangkan dengan baik. Mulai dari hal terkecil sampai hal terbesar. Lakukan secara terencana dan bertahap. Misalnya membisikkan kalimat-kalimat positif di pikiran. Ingat ya, pikiran tidak sadar pasti akan mempengaruhi pikiran sadar. Dan, yang tidak kalah penting adalah membiasakan diri melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung tercapainya personal branding.
Keempat, need a mentor. Ah kan bisa dilakukan sendiri. Mentor bisa orang lain yang sudah berpengalaman, teman sebaya, orang tua, dan lain-lain. Orang lain akan dapat memberikan masukan lebih obyektif ketimbang diri sendiri, karena bisikan diri kadang cenderung subyektif dan emosional. Setidaknya saran mereka dapat dijadikan sebagai perspektif pembeda atau alternatif, sehingga keputusan Anda akan lebih obyektif. #Nur Kholis.